TANTE GIRANG YANG KESEPIAN SELINGKUHI MAHASISWA KEDOKTERAN
Halo para pembaca setia cerita
ngentot | Cerita dewasa | Cerita dewasa hot. Perkenalkan nama ku Janus, aku
masih dalam jenjang kuliah sebagai mahasiswa Kedokteran di kota Bandung tahun
2006. Kejadiannya sendiri akan kuceritakan seadanya dan tidak ku pelintir
sedikitpun, akan tetapi identitas tokoh dan lokasi aku ubah untuk menghormati
privasi mereka yang terlibat.
Menginjak tahun kedua kuliah, Aku
bermaksud pindah tempat kos yang lebih baik. Ini biasa, mahasiswa tahun pertama
pasti dapat tempat kos yang asal-asalan. Baru tahun berikutnya mereka bisa
mendapat tempat kos yang lebih sesuai selera dan kebutuhan. Setelah berburu
yang cukup melelahkan akhirnya Aku mendapatkan tempat kos yang cukup nyaman di
daerah Dago Utara.
Untuk ukuran Bandung sekalipun,
daerah ini termasuk sangat dingin apalagi di waktu malam. Kamar kosku berupa
paviliun yang terpisah dari rumah utama. Ada dua kamar, yang bagian depan diisi
oleh Sahat, mahasiswa kedokteran yang kutu buku dan rada cuek. Aku sendiri
dapat yang bagian belakang, dekat dengan rumah utama.
Bapak kosku, Om Bima adalah seorang
dosen senior di beberapa perguruan tinggi. Istrinya, Tante Lisa, Tante girang
yang cukup menarik meskipun tidak terlalu cantik. Tingginya sekitar 160 cm dengan
perawakan yang sedang, tidak kurus dan tidak gemuk. Untuk ukuran seorang Tante
girang dengan dua anak, tubuh Tante Lisa cukup terawat dengan baik dan tampak
awet muda meski sudah berusia di atas 40 tahun. Maklumlah, Tante Lisa rajin
ikut kelas aerobik. Kedua anak mereka kuliah di luar negeri dan hanya pulang
pada akhir tahun ajaran. Karena kesibukannya sebagai dosen di beberapa
perguruan tinggi, Om Bima agak jarang di rumah. Tapi Tante Lisa cukup ramah dan
sering mengajak kami ngobrol pada saat-saat luang sehingga Aku pribadi merasa
betah tinggal di rumahnya. Mungkin karena agak cuek dan selalu sibuk dengan
kuliahnya, Tante Lisa akhirnya lebih akrab denganku. Aku sendiri sampai saat
itu belum pernah berpikir untuk lebih jauh dari sekedar teman ngobrol dan
curhat. Tapi rupanya tidak demikian dengan Tante Lisa….

“Enggak tante…”
“Kalau begitu bisa anterin tante ke aerobik?”
“Oh, bisa tante…”
Tante Lisa tampak seksi dengan
pakaian aerobiknya, lekuk-lekuk tubuhnya terlihat dengan jelas. Kamipun
meluncur menuju tempat aerobik dengan menggunakan Honda Jazz Putih milik Tante
Lisa. Di sepanjang jalan Tante Lisa banyak mengeluh tentang Om Bima yang
semakin jarang di rumah.
“Om Bima itu egois dan gila kerja,
padahal gajinya sudah lebih dari cukup tapi terus saja menerima ditawari jadi
dosen tamu dimana-mana…”
“Yach, sabar aja tante.. itu semua khan demi tante dan anak-anak juga,” kataku mencoba menghibur.
“Ah..Janus, kalau orang sudah berumah tangga, kebutuhan itu bukan cuma materi, tapi juga yang lain. Dan itu yang sangat kurang tante dapatkan dari Om.” Tiba-tiba tangan Tante Lisa menyentuh paha kiriku dengan lembut.
“Biarpun begini, tante juga seorang Tante girang yang butuh belaian seorang laki-laki… tante masih butuh itu dan sayangnya Om kurang peduli.” Aku menoleh sejenak dan kulihat Tante Lisa menatapku dengan tersenyum.
“Yach, sabar aja tante.. itu semua khan demi tante dan anak-anak juga,” kataku mencoba menghibur.
“Ah..Janus, kalau orang sudah berumah tangga, kebutuhan itu bukan cuma materi, tapi juga yang lain. Dan itu yang sangat kurang tante dapatkan dari Om.” Tiba-tiba tangan Tante Lisa menyentuh paha kiriku dengan lembut.
“Biarpun begini, tante juga seorang Tante girang yang butuh belaian seorang laki-laki… tante masih butuh itu dan sayangnya Om kurang peduli.” Aku menoleh sejenak dan kulihat Tante Lisa menatapku dengan tersenyum.
Tante Lisa terus mengelus-elus
pahaku di sepanjang perjalanan. Aku tidak berani bereaksi apa-apa kecuali,
takut membuat Tante Lisa tersinggung atau disangka kurang ajar. Keluar dari
kelas aerobik sekitar jam 4 sore, Tante Lisa tampak segar dan bersemangat.
Tubuhnya yang lembab karena keringat membuatnya tampak lebih seksi.
“Jan, waktu latihan tadi tadi
punggung tante agak terkilir… kamu bisa tolong pijitin tante khan?” katanya
sambil menutup pintu mobil.
“Iya… sedikit-sedikit bisa tante,” kataku sambil mengangguk.
“Iya… sedikit-sedikit bisa tante,” kataku sambil mengangguk.
Aku mulai merasa Tante Lisa
menginginkan yang lebih jauh dari sekadar teman ngobrol dan curhat. Terus
terang ini suatu pengalaman baru bagiku dan aku tidak tahu bagaimana harus
menyikapinya. Sepanjang jalan pulang kami tidak banyak bicara, kami sibuk
dengan pikiran dan khayalan masing-masing tentang apa yang mungkin terjadi
nanti. Setelah sampai di rumah, Tante Lisa langsung mengajakku ke kamarnya.
Dikuncinya pintu kamar dan kemudian Tante Lisa langsung mandi. Entah sengaja
atau tidak, pintu kamar mandinya dibiarkan sedikit terbuka. Jelas Tante Lisa
sudah memberiku lampu kuning untuk melakukan apapun yang diinginkan seorang
laki-laki pada wanita. Tetapi aku masih tidak tahu harus berbuat apa, aku hanya
terduduk diam di kursi meja rias.
“Janus sayang… tolong ambilkan
handuk dong…” nada suara Tante Lisa mulai manja.
Lalu kuambil handuk dari gantungan
dan tanganku kusodorkan melalui pintu sambil berusaha untuk tidak melihat Tante
Lisa secara langsung. Sebenarnya ini tindakan bodoh, toh Tante Lisa sendiri
sudah memberi tanda lalu kenapa aku masih malu-malu? Aku betul-betul salah
tingkah. Tidak berapa lama kemudian Tante Lisa keluar dari kamar mandi dengan
tubuh dililit handuk dari dada sampai paha. Baru kali ini aku melihat Tante
Lisa dalam keadaan seperti ini, aku mulai terangsang dan sedikit bengong. Tante
Lisa hanya tersenyum melihat tingkah lakuku yang serba kikuk melihat keadaannya.

Dibukanya lilitan handuknya sehingga
hanya tertinggal Kutang dan Kancutnya saja. Aku mulai menuangkan body-lotion ke
punggung Tante Lisa dan mulai memijit daerah punggungnya.
“Tante, bagian mana yang sakit…”
tanyaku berlagak polos.
“Semuanya sayang… semuanya… dari atas sampai ke bawah. Bagian depan juga sakit lho…nanti Janus pijit ya…” kata Tante Lisa sambil tersenyum nakal.
“Semuanya sayang… semuanya… dari atas sampai ke bawah. Bagian depan juga sakit lho…nanti Janus pijit ya…” kata Tante Lisa sambil tersenyum nakal.
Aku terus memijit punggung Tante
Lisa, sementara itu aku merasakan Kontol ku mulai membesar. Aku berpikir
sekarang saatnya menanggapi ajakan Tante Lisa dengan aktif. Seumur hidupku baru
kali inilah aku berkesempatan menyetubuhi seorang Tante girang. Meskipun demikian
dari film-film Bokep yang pernah kutonton sedikit banyak aku tahu apa yang
harus kuperbuat… dan yang paling penting ikuti saja naluri…
“Tante sayang…, tali kutang tante
Lisa boleh kubuka?” kataku sambil mengelus pundaknya.
Tante Lisa menatapku sambil tersenyum
dan mengangguk. Aku tahu betul Tante Lisa sama sekali tidak sakit ataupun
cedera, acara pijat ini cuma sarana untuk mengajakku Ngentot dengan tante Lisa.
Setelah tali pembungkus toket tante girang Lisa kubuka perlahan-lahan kuarahkan
kedua tanganku ke-arah Toket nya. Dengan hati-hati kuremas-remas Toket nya… ahh
lembut dan empuk. Tante Lisa bereaksi, ia mulai terangsang dan pandangan
matanya menatapku dengan sayu. Kualihkan tanganku ke bagian bawah, kuselipkan
kedua tanganku ke dalam celana dalamnya sambil pelan-pelan kuremas kedua
pantatnya selama beberapa saat.
Tante Lisa dengan pasrah membiarkan
aku mengeksplorasi tubuhnya. Kini tanganku mulai berani menjelajahi juga bagian
depannya sambil mengusap-usap daerah sekitar Memeknya dengan lembut. Jantungku
brdebar kencang, inilah pertamakalinya aku menyentuh Memek Tante girang
dewasa… Perlahan tapi pasti kupelorotkan celana dalam Tante Lisa. Sekarang
tubuh Tante Lisa tertelungkup di tempat tidur tanpa selembar benangpun… sungguh
suatu pemandangan yang indah. Aku kagum sekaligus terangsang. Ingin rasanya
segera menancapkan batang Kontolku ke dalam lubang memek tante. Aku memejamkan
mata dan mencoba bernafas perlahan untuk mengontrol emosiku. Seranganku
berlanjut, kuselipkan tanganku diantara kedua pahanya dan kurasakan jembut
memek tante yang cukup lebat. Jari tengahku mulai menjelajahi celah sempit dan
basah yang ada di sana. Hangat sekali raanya. Kurasakan nafas Tante Lisa mulai
berat, tampaknya dia makin terangsang oleh perbuatanku.

“Tapi tante suka khan…?” “Mmhh.. terusin Jan… terusin… tante suka sekali.”
Jariku terus bergerilya di belahan
Memeknya yang terasa lembut seperti sutra, dan akhirnya ujung jariku mulai
menyentuh daging yang berbentuk bulat seperti kacang tapi kenyal seperti moci
Cianjur. Dengan gerakan memutar yang lembut kupermainkan klitorisnya dengan
jariku dan diapun mulai menggelinjang keenakan. Kurasakan tubuhnya sedikit
bergetar tidak teratur. Sementara itu aku juga sudah semakin terangsang, dengan
agak terburu-buru pakaiankupun kubuka satu-persatu hingga tidak ada selembar
benangpun menutup tubuhku, sama seperti Tante Lisa. Kukecup leher Tante Lisa
dan dengan perlahan kubalikkan tubuhnya. Sesaat kupandangi keindahan tubuhnya
yang seksi.
Toket nya cukup berisi dan tampak
kencang dengan putingnya yang berwarna kecoklatan memberi pesona keindahan
tersendiri. Tubuhnya putih mulus dan nyaris tanpa lemak, sungguh-sungguh Tante
Lisa pandai merawat tubuhnya. Diantara kedua pahanya tampak bulu-bulu kemaluan yang
agak basah, entah karena baru mandi atau karena cairan lain. Sementara itu
belahan Memeknya samar-samar tampak di balik bulu-bulu tersebut. Aku tidak
habis pikir bagaimana mungkin suaminya bisa sering meninggalkannya dan
mengabaikan keindahan seperti ini.
“Tante hot sekali…” kataku terus terang memujinya. Kelihatan wajahnya langsung memerah.
“Ah.. bisa saja kamu Jan merayu tante… kamu juga kelihatannya mantap lho Jan… lihat tuh burungmu sudah siap tempur… ayo jangan bengong… terusin pijat seluruh badan tante….,” kata Tante Lisa sambil tersenyum memperhatikan Kontol ku yang sudah mengeras dan mendongak ke atas.
Aku mulai menjilati payudara Tante
Lisa sementara itu tangan kananku perlahan-lahan mempermainkan Memek dan
klitorisnya. Kujilati kedua bukit Toket nya dan sesekali kuhisap serta kuemut
putingnya dengan lembut sambil kupermainkan dengan lidahku. Tante Lisa tampak
sangat menikmati permainan ini sementara tangannya meraba dan mempermainkan
Kontol ku. Aku ingin sekali menjilati liang Memek tante Lisa seperti dalam
adegan video bokep yang pernah kutonton. Perlahan-lahan aku mengubah posisiku,
sekarang aku berlutut di atas tempat tidur diantara kedua kaki Tante Lisa.
Dengan perlahan kubuka pahanya dan kulihat belahan Memeknya tampak merah dan
basah.
Dengan kedua ibu jariku kubuka bibir
Memeknya dan terlihatlah liang Memek tante Lisa yang sudah menanti untuk
dipuaskan, sementara itu klitorisnya tampak menyembul indah di bagian atas
Memeknya. Tanpa menunggu komando aku langsung mengarahkan mulutku ke arah Memek
Tante Lisa. Kujilati bibir Memeknya dan kemudian kumasukkan lidahku ke liang
Memeknya yang terasa lembut dan basah.
“sssshhhhhhhhh……hhhh… Oooooohhhhhk,
Mantap Say!!!”

desahan nikmat keluar dari mulut Tante Lisa saat lidahku menjilati klitorisnya. Sesekali klitorisnya ku emut dengan kedua bibirku sambil kupermainkan dengan lidah. Aroma khas Memek Tante girang dan kehangatannya membuatku makin bersemangat, sementara itu Tante Lisa terus mendesah-desah keenakan. Sesekali jari tanganku ikut membantu masuk ke dalam lubang Memeknya.
“Aduuh.. Januss… mantap sekali
rasanya sayang… iya Jan… yang itu nuikmat!!!….. emmhh .. terus sayang…
pelan-pelan sayang… iya… gitu sayang… terus.. aduuh.. aahh… mmhh..” Tante lisa
meracau semakin menggila
katanya mencoba membimbingku sambil
kedua tangannya terus menekan kepalaku ke selangkangannya. Tidak berapa lama kemudian
pinggul Tante Lisa mulai berkedut-kedut, gerakannya terasa makin bertenaga,
lalu pinggulnya maju-mundur dan berputar-putar tak terkendali. Sementara itu
kedua tangannya semakin keras mencengkeram rambutku.
“Janus.. Tante mau keluaar… aah..
uuh..aahh…oooh…. adduuh… sayaaang… Januusssssss!!!!!…. terus jilat itu Jan…
teruus… aduuuh… aduuuh…tante keluaaar…”
bersamaan dengan itu kepalaku
dijepit oleh kedua pahanya sementara lidah dan bibirku terus terbenam menikmati
kehangatan klitoris dan Memeknya yang tiba-tiba dibanjiri oleh cairan
orgasmenya. Beberapa saat tubuh Tante Lisa meregang dalam kenikmatan dan
akhirnya terkulai lemas sambil matanya terpejam. Tampak bibir Memeknya yang
merah merekah berdenyut-denyut dan basah penuh cairan.
“Janus.. enak banget…. sudah lama
tante nggak ngerasain yang seperti ini…” katanya perlahan sambil membuka mata.
Aku langsung merebahkan diri di
samping Tante Lisa, kubelai rambut Tante Lisa lalu bibir kami beradu dalam
percumbuan yang penuh nafsu. Kedua lidah kami saling melilit, perlahan-lahan
tanganku meraba dan mempermainkan pentil dan Toket nya. Tidak berapa lama
kemudian tampaknya Tante Lisa sudah mulai naik lagi. Nafasnya mulai memburu dan
tangannya meraba-raba Kontol ku dan meremas-remas kedua buah bola pingpongku.
“Janus sayang… sekarang gantian
tante yang bikin kamu puas ya…” katanya sambil mengarahkan kepalanya ke arah
selangkanganku.
Tidak berapa lama kemudian Tante
Lisa mulai menjilati Kontol ku, mulai dari arah pangkal kemudian perlahan-lahan
sampai ke ujung. Dipermainkannya kepala Kontol ku dengan lidahnya. Wow.. nikmat
sekali rasanya… tanpa sadar aku mulai melenguh-lenguh keenakan. Kemudian
seluruh Kontol ku dimasukkan ke dalam mulutnya. Tante Lisa mengemut dan
sekaligus mempermainkan batang Kontolku dengan lidahnya. Kadang dihisapnya
Kontol ku kuat-kuat sehingga tampak pipinya cekung. Kurasakan permainan oral
Tante Lisa sungguh luar biasa, sementara dia mengulum Kontol ku dengan penuh
nafsu seluruh tubuhku mulai bergetar menahan nikmat. Aku merasakan Kontol ku mengeras
dan membesar lebih dari biasanya, aku ingin mengeluarkan seluruh isinya ke
dalam Memek Tante Lisa. Aku sangat ingin merasakan nikmatnya Memek seorang
Tante girang untuk pertama kali….
“Tante… Janus pengen masukin ke
punya tante… ” kataku sambil mencoba melepaskan Kontol ku dari mulutnya. Tante
Lisa mengangguk setuju, lalu ia membiarkan Kontol ku keluar dari mulutnya.
“Terserah Janus sayang… keluarin aja semua isinya ke dalam Memek tante… tante juga udah pengen banget ngerasain punya kamu di dalam sini….”
“Terserah Janus sayang… keluarin aja semua isinya ke dalam Memek tante… tante juga udah pengen banget ngerasain punya kamu di dalam sini….”
Perlahan kurebahkan Tante Lisa
disebelahku, Tante Lisa langsung membuka kedua pahanya mempersilahkan Kontol ku
masuk. Samar-samar kulihat belahan Memeknya yang merah. Dengan perlahan kubuka
belahan Memeknya dan tampaklah lubang Memek Tante Lisa yang begitu indah dan
menggugah birahi dan membuat jantungku berdetak keras. Aku takut kehilangan
kontrol melihat pemandangan yang baru pertama kali aku alami, aku berusaha
keras mengatur nafasku supaya tidak terlarut dalam nafsu…. Perlahan-lahan
kupermainkan klitorisnya dengan jempol sementara jari tengahku masuk ke lubang
Memeknya. Tidak berapa lama kemudian Tante Lisa mulai menggerak-gerakkan
pinggulnya.
“Janus sayang.. masukin punyamu
sekarang, tante udah siap…”
Kuarahkan Kontol ku yang sudah
mengeras ke lubang Memeknya, aku sudah begitu bernafsu ingin segera
menghujamkan batang Kontol ku ke dalam Memek Tante Lisa yang hangat. Tapi
mungkin karena ini pengalaman pertamaku aku agak kesulitan untuk memasukkan
Kontol ku. Rupanya Tante Lisa menyadari kesulitanku. Dia memandangku dengan
tersenyum…..
“Ini pengalaman pertama ya Jan….”
“Iya tante….” jawabku malu-malu.
“Tenang aja… nggak usah buru-buru… tante bantu…” katanya sambil memegang Kontol ku.
“Iya tante….” jawabku malu-malu.
“Tenang aja… nggak usah buru-buru… tante bantu…” katanya sambil memegang Kontol ku.

“Aaahh…Jaa … Jaaaanuss.. eemh…”
Tante Lisa berbisik perlahan, dia
juga merasakan kenikmatan yang sama. Sekalipun sudah diatas 40 tahun Memek
Tante Lisa masih terasa sempit, dinding-dindingnya terasa kuat mencengkeram
Kontol ku. Aku merasakan Memeknya seperti meremas Kontol ku dengan gerakan yang
berirama. Luar biasa nikmat rasanya…. Perlahan kugerakkan pinggulku turun naik,
Tante Lisa juga tidak mau kalah, pinggulnya bergerak turun naik mengimbangi
gerakanku. Tangannya mencengkeram erat punggungku dan tanganku membelai
rambutnya sambil meremas-remas Toket nya yang empuk. Sementara itu bibir kami
berpagutan dengan liar…. Baru beberapa menit saja aku sudah mulai merasa
seluruh tubuhku bergetar dijalari sensasi nikmat yang luar biasa… maklumlah ini
pengalaman pertamaku… kelihatannya tidak lama lagi aku akan mencapai puncak
orgasme.
“Tante…Janus sudah hampir keluar….
aaah…uuh…” kataku berusaha keras menahan diri. “Terusin aja Jan… kita barengan
yaa…. tante juga udah mau keluar… aahh… Janus… tusuk yang kuat Jan… tusuk
sampai ujung sayang… mmhh….”
Kata-kata Tante Lisa membuatku makin
bernafsu dan aku menghujamkan Kontol ku berkali-kali dengan kuat dan cepat ke
dalam Memeknya.
“Aduuh…Janus udah nggak tahan lagi…”
aku benar-benar sudah tidak dapat mengendalikan
diri lagi, pantatku bergerak turun naik makin cepat dan Kontol ku terasa
membesar dan berdenyut-denyut bersiap mencapai puncak di dalam Memek Tante
Lisa. Sementara itu Tante Lisa juga hampir mencapai orgasmenya yang kedua.
“Ayoo Jan… tante juga mau…ahhhh…ahhh
kamu ganas sekali……. aaaahhh…. Janussssss!!!…. sekarang Jan…. keluarin sekarang
Jan… tante udah nggak tahan…mmmhhh”.
Tante Lisa juga mulai kehilangan
kontrol, kedua kakinya dijepitkan melingkari pinggulku dan tangannya
mencengkeram keras punggungku. Dan kemudian aku melancarkan sebuah tusukan
akhir yang maha dahsyat…

Bersamaan dengan itu Tante Lisapun mengalami
puncak orgasmenya, “Janussssss !!!…. aduuuh……tante jugaa….aaaah… I’m
comiiiiiinnggggg honey!!!!… aaaahh…..aakkhhhhhh….”
Kami berpelukan lama sekali
sementara Kontol ku masih tertanam dengan kuat di dalam Memek Tante Lisa. Ini
sungguh pengalaman pertamaku yang luar biasa…. aku betul-betul ingin meresapi
sisa-sisa kenikmatan persetubuhan yang indah ini. Akhirnya aku mulai merasakan
kelelahan yang luar biasa, seluruh persendianku terasa lepas dari tempatnya.
Kulepaskan pelukanku dan perlahan-lahan kutarik Kontol ku yang mulai sedikit
melemah karena kehabisan energi. Lalu aku terbaring lemas di sebelah Tante Lisa
yang juga tergolek lemas dengan mata masih terpejam dan bibir bawahnya sedikit
digigit. Kulihat dari celah Memeknya cairan spermaku meleleh melewati sela-sela
pahanya. Rupanya cukup banyak juga spermaku muntah di dalam liang memek Tante
Lisa. Tak lama kemudian Tante Lisa membuka matanya dan tersenyum padaku
“Gimana Janus…enak, sayang???” katanya sambil menyeka sisa pejuh ku dengan tissue. Aku hanya terdiam sambil mengecup bibirnya.
“Tante nggak nyangka kalau kamu ternyata baru pertama kali ngentot. Soalnya waktu pemanasan tadi nggak kelihatan, baru waktu mau masukin Kontol, tante tahu kalau kamu belum pengalaman. enywey, Tante senang sekali bisa dapat perjaka berondong seperti kamu. Tante betul-betul menikmati ngentot perselingkuhan ini. Kapan-kapan kalau ada kesempatan kita main lagi mau Jan…?”Aku hanya diam tersenyum, betapa tololnya kalau aku jawab tidak.
Tante Lisa membaringkan kepalanya di dadaku, kami terdiam menikmati
perasaan kami masing-masing selama beberapa saat. Tapi tidak sampai lima menit,
energiku mulai kembali. Tubuh Tante girang matang yang bugil dan tergolek
dipelukanku membuat aku kembali terangsang, perlahan-lahan Kontol ku mulai
membesar. Tangan kananku kembali meraba payudara Tante Lisa dan membelainya
perlahan. Dia memandangku dan tersenyum, tangannya meraih Kontol ku yang sudah
kembali membesar sempurna dan digenggamnya erat-erat.
“Wow, Kontol berondong tante sudah
siap tempur lagi nih sepertinya…? Sekarang tante mau di atas ya…Kamu enjoy aja
permainan rahasia tante?” katanya sambil mengangkangi aku.
Dibimbingnya Kontol ku ke arah
lubang Memeknya yang masih basah oleh spermaku. Kali ini dengan lancar Kontol ku langsung meluncur masuk
ke dalam Memek Tante Lisa yang sudah sangat basah dan licin. Kini Tante Lisa
duduk diatas badanku dengan Kontol ku terbenam dalam-dalam di Memeknya.
Tangannya mencengkeram lenganku dan kepalanya menengadah ke atas dengan mata
terpejam menahan nikmat.

Gerakan Tante Lisa perlahan tapi
penuh energi, setiap dorongannya selalu dilakukan dengan penuh energi sehingga
membuat Kontol ku terasa masuk begitu dalam di liang Memeknya. Pantat Tante
Lisa terus bergerak naik turun dan berputar-putar, kadang-kadang diangkatnya
cukup tinggi sehingga Kontol ku hampir terlepas lalu dibenamkan lagi dengan
kuat. Sementara itu aku menikmati goyangan Toket nya yang terombang-ambing
naik-turun mengikuti irama gerakan binal Tante Lisa. Kuremas-remas Toket nya
dan kupermainkan pentilnya sehingga membuat Tante Lisa makin bergairah.
Gerakan Tante Lisa makin lama makin
kuat dan dia betul-betul melupakan statusnya sebagai seorang istri dosen yang
terhormat. Saat itu dia menampilkan dirinya yang sesungguhnya dan apa adanya…
seorang Tante girang yang sedang dalam puncak birahi dan haus akan kenikmatan.
Akhirnya gerakan kami mulai makin liar dan tak terkontrol…
“Janus… tante sudah mau keluar
lagi…. aaah… mmmhh.. uuuughhh…”
“Ayoo tante… Janus juga udah nggak tahan…”
“Ayoo tante… Janus juga udah nggak tahan…”

Malam itu untuk pertama kalinya aku
tidur di dalam kamar Tante Lisa karena dia tidak mengijinkan aku kembali ke
kamar. Kami tidur berdekapan tanpa sehelai busanapun. Pagi harinya kami kembali
melakukan persetubuhan dengan liar… Tante Lisa seolah-olah ingin memuaskan
seluruh kerinduannya akan kenikmatan yang jarang didapat dari suaminya.
Semenjak saat itu kami sering sekali melakukannya dalam berbagai kesempatan.
Kadang di kamarku, kadang di kamar Tante Lisa, atau sesekali kami ganti suasana
dengan menyewa kamar hotel di daerah Lembang untuk kencan short-time. Kalau aku
sedang sange dan ada kesempatan, aku mendatangi Tante Lisa dan mengelus
pantatnya atau mencium lehernya. Kalau OK Tante Lisa pasti langsung menggandeng
tanganku dan mengajakku masuk ke kamar. Sebaliknya kalau Tante Lisa yang sange,
dia tidak sungkan-sungkan datang ke kamarku dan langsung menciumi aku untuk
mengajakku bercinta.
Semenjak berhasil merenggut
keperjakaanku Tante Lisa tidak lagi cemberut dan uring-uringan kalau Om Bima
pergi tugas mengajar ke luar kota. Malah kelihatannya Tante Lisa justru
mengharapkan Om Bima sering-sering tugas di luar kota karena dengan demikian
dia bisa bebas bersamaku. Dan akupun juga semakin betah tinggal di rumah Tante
Lisa. Pernah suatu malam setelah Om Bima berangkat keluar kota, Tante Lisa
masuk ke kamarku dengan mengenakan daster. Dipeluknya aku dari belakang dan
tangannya langsung menggerayangi selangkanganku. Aku menyambut dengan mencumbu
bibirnya dan membaringkannya di tempat tidur. Saat kuraba Toket nya ternyata
Tante Lisa sudah tidak memakai BH, dan ketika kuangkat dasternya ternyata dia
juga tidak memakai celana dalam lagi.
Bibir Memeknya tampak merah dan
bulu-bulunya basah oleh lendir. Samar-samar kulihat sisa-sisa lelehan sperma
dengan baunya yang khas masih tampak disana, rupanya Tante Lisa baru saja
bertempur dengan suaminya dan Tante Lisa belum merasa puas. Langsung saja
kubuka celanaku dan Kontol yang sudah mengeras langsung menyembul menantang
minta dimasukkan ke dalam liang kenikmatan. Tante Lisa menanggapi tantangan
Kontol ku dengan mengangkangkan kakinya. Ia langsung membuka bibir Memeknya
dengan kedua tangannya sehingga tampaklah belahan lubang Memeknya yang merekah
merah.
Karena aku rasa Tante Lisa sudah
sangat sange, tanpa banyak basa-basi dan pemanasn lagi aku langsung
menancapkan batang Kontol ku ke dalam Memek Tante Lisa dan kami bergumul dengan
liar selama hampir lima jam! Kami bersetubuh dengan berbagai macam gaya, aku
diatas, Tante Lisa diatas, dengan gaya gogog, gaya enamsembilan, kadang sambil
berdiri dengan satu kaki di atas tempat tidur, lalu duduk berhadapan di pinggir
ranjang, atau berganti posisi dengan Tante Lisa membelakangi aku, sesekali kami
melakukan di atas meja belajarku dengan kedua kaki Tante Lisa diangkat dan
dibuka lebar-lebar, dan masih banyak lagi.
Aku tidak ingat apa masih ada gaya
persetubuhan yang belum kami lakukan malam itu. Dinginnya hawa Dago Utara di
waktu malam tidak lagi kami rasakan, yang ada hanya kehangatan yang
menggetarkan dua insan dan membuat kami basah oleh keringat yang mengucur
deras. Begitu liarnya persetubuhan kami sampai-sampai aku mengalami empat kali
orgasme yang begitu menguras energi dan Tante Lisa entah berapa kali. Yang
jelas setelah selesai, Tante Lisa hampir tidak bisa bangun dari tempat tidurku
karena kakinya lemas dan gemetaran sementara Memeknya begitu basah oleh lendir
dan sangat merah. Seingatku itulah malam paling liar diantara malam-malam liar
lain yang pernah kulalui bersama Tante Lisa.
