SOPIR PRIBADIKU YANG KEKAR
Cerita Dewasa ini adalah kisah nyataku, yang sampai saat ini
masih berlanjut antara aku dan pak warso.” aaaahhhh…..aaahhhh….” pak warso
mendesah desah ketika aku menghisap buah peler nya.Pak warso menarik bahuku,
dan mendorong tubuhku ke ranjang, aku telungkup di ranjang , dengan posisi
setengah badan di ranjang dan kaki ku menjuntai ke lantai.Pak warso menarik ke
duah kakiku agar melebar pak warso kemudian sedikit menurun kan badan nya,
memukul mukul kan batang itu ke bongkohan pantat ku.” aaahhh…pak ….ayo pak …aku
sudah tidak tahan jangan permain kan aku pak” kata ku menghiba.pak warso
membalik kan badanku , kemudian pak warso mennusuk kan gada yang merah itu ke
lubang vaginaku.” aaahhhkkkk….pak sakit pak…sakit…” teriak ku saat kontol bear
tu mencoba menyeruak masuk, aku mendorong kaki pak warso dengan kaki ku agar
menjauh.
Pak warso adalah sopir bribadiku yang sudah
lama kerja di rumahku. Sore itu pak Warso mengantarku ke kantor notaris, karena
ada urusan yang harus aku selesai kan. Aku duduk di jok belakang, tiba2 saja
aku mengamati pak warso yang selama ini menjadi sopir
keluargaku.”hhmmmm…ternyata dia boleh juga, badan dia kekar dan berotot, palagi
itu nya yah…pasti nyummi” pikiran pikiran kotor mulai mempermainkan otakku.
“pak Warso…dah berapa lama sih menikah kok
belum punya anak” pancingku” 16 tahun Bu” jawab nya singkat” kok lom punya
anak…pasti Pak Warso kurang genjotan nya” kataku mulai menjuru” siapa bilang
bu…orang saya paling jago di ranjang…istri saya saja kadang minta ampun nangis
nangis” jawab nya
Aku dan pak warso memang dari dulu suka
bicara blak blakan tapi baru kali ini menjurus ke sola ranjang.
” aahh…G percaya aku pak” jawabku“apa ibu mau
saya kelonin…biar percaya” jawab nya sambil masih menyetir mobil.pikiranku
semkain tidak menentun membayangkan tangan tangan Pak warso menyusuri tiap
inchi kulit tubuhku.
”nggak ah pak laki laki mah besar di mulut
doank…kek tamu tak di undang…belum juga di suruh masuk udah keluar duluan’
jawab ku sedikit menantang.
”Bu…andai saja Ibu bukan majikan saya, dah
dari dulu ibu saya perkosa” jawab nya mengaget kan aku.
Sepulang dari kantor notaris pikiranku masih
saja memikirkan kata kata pak Warsoingin rasanya menikmatin benjolan di
balik
seleting celana itu.

“pak, tolong belikan ini ya…pake uang bapak
dulu deh nanti aku ganti” kataku sambil menyerahkan secarik kertas yang sebenar
nya bukan lah catatan belanja melain kan tulisanku menantang dia.
” PAK…AKU TUNGGU SAMPAI DIMANA KAMU BERANI
SAMA AKU….KALO MEMANG JANTAN BUKTIKAN”tulisku di kertas itu.
Aku menuju meja makan setelah memberikan note
kecil pada pak warso, aku duduk di meja makan, yang arah nya membelakangi ruang
tamu. Rumah ku selalu rame maklum keponakan dan orang tuaku juga tinggal
denganku. Tiba tiba saja aku merasakan tangan kekar mencengkeram susuku,
meremas nya dengan gemas nya, dan nafas memburu terdengar jelas di telingaku.
” aaahhhh…kamu mau aku entot
dimana…katakan…hhhhmmmmm….” katanya sambil terus melumat kupingku dan meremas
remas payudaraku yang montok .
” ssshhhh…..aaahhhh pak…terusin pak….nikmat
sekali” jawabku sambil mulai meraih bibir nya, aku semakin bernafsu ketika
tangan pak warso turun keselakanganku. aku semain gila menerima rangsangan itu.
“ooohhhh….hhhhmmmm….terusin pak….ayo pak
terusin” ketika tiba tiba aku merasa remasan remasan dia mengendor bersamaan
lenyap nya dia dari belakangku. Aku kecewa bukan kepalang, aku masuk kamar dan
menutup pintu.
Keesok hari nya aku sengaja nggak ngomong apa
apa ke pak warso , aku masih marah akibat semalem. dalam perjalanan ke kantor
ku aku hanya membisu.
” maafin aku bu, habis situasi nya seperti
itu” tiba tiba dia membuka pembicaraan.” sudah lah pak, kalo memang nggak bisa
muasin orang nggak usah banyak bicara” jawabku ketus
Tapi tiba tiba laju mobil memutar ke arah
menjauh dariarah ke kantorku, menuju pinggiran kota.
” mau kemana sih pak, aku bisa telat loh ”
protesku.
Mobil terus melaju cepat menuju arah utara
mendekati area pantai. sepuluh menit kemudian pak warso membelok kan mobil
menuju sebuah Hotel. dalam hati aku tersenyum sendiri. Setelah pesan kamar Pak
warso membawa mobil masuk kedalam, dan parkir di depan salah satu kamar. Hotel
ini memang bagus karena memiliki kamar sweet yang indah dengan harga yang tak
seberapa mahal.

Pak warso membuka pintu mobil, aku pura pura
diam tak menghiraukan dia. Lalu pak warso menarik tanganku masuk ke kamar
hotel. sesampai nya di kamar belum sempat aku berbicara, pak warso telah
memelukku erat dan menciumiku dengan penuh nafsu.
” aaahhh…pak….ooohhhh…” desah ku sambil
membalas kecupan kecupan nya, lidah pakwarso bermain main di rongga mulutku.
” sekarang kau boleh minta apapun yang kamu
mau, aaaaahhh…aku sudah lama ingin mencumbu mu” kata pak warso di sela sela
ciuman nya.
Tangan pak warso dengan kasar meremas kedua
bukit kembarku, remasan yang kasar semakin membuat aku gila, tubuhku meliuk
bagai kan penari yang gemulai.Tangan pak warso mulai turun menyusuri berut ku
…meraba pantat ku yang padat berisi.
” Bu….aaaahhh…aku sudah lama menanti saat
saat seperti ini…ssshhh….aaahhhh….aku akan puas kan kamu ” ceracau pak warso
sambil etrus menciumiku. ciuman itu turun ke bagian dadaku, sementara tangan
kanan pak warso mulai menyelinap di balik rok spanku.
“Ooohhh….pak …ssshhhh…terus pak..puas kan aku
hari ini” ceracauku” hari ini aku milik mu pak…aaahhh….terus pak…terus…” kata
kata yang tak terkontrol keluar begitu saja.
Pak warso membuka satu persatu kemeja kerja
ku, dan melepas rokku dan melempar nya begitu saja. aku di dorong nya ke
dinding.masih dengan beringas nya pak warso menciumi, menciumi payudaraku, yang
masih terbungkus bra, aku mengeliat geliat tak karuan.
” Bu…kamu begitu cantik, tubuh mu begitu
indah…aku ingin menikmati tubuh indah mu ini” celoteh pakwarso, sambil tangan
nya membuka pengait braku, seketika itu payudaraku yang montok menjadi sasaran
lidah pak warso.
“terus pak…isep pak…isep terus…gigit…gigit
puting nya pak” cercau ku” OOohhh…indah nya….aaahhh…nikmat nya susu kamu bu””
ayo pak …cepet pak nikmatin tubuhku ini…isep susuku yang montok
ini”“aahhhkk….oooohhhh….” aku memekik ketika pak warso tiba tiba sajamenyentuh
bagian yang paling sensitif itu.
Tangan pak warso mengelus elus memekku yang
sudah basah.
” pak…terus ..aaahhh…masukin jari nya pak
..ayo pak..” aku memohon padanya
Pak warso jongko di depanku, menarik
pahaku kananku dan menaruh nya di pundak nya, kemudian pak warso menjilati
memekku dengan rakus nya.
” ooohhh…pak…oh yah…ahhhh…terus
pak…terus pak masukin lidah nya yang dalam pak”
” hhmmm….enak nya memek mu Bu…ahhh…ini
itil nya ya bu…aku isepin ya sayang” kata pak warso.
” iya pak…isep pak..isep pak…terus pak ”
”
ooohhhhhh……….aaaaaahhhhhhh….aaaaahhh….ahhhh…pak aku…aku…oohh…paaaak ..aku…”
dengan menghentak hentak kan pinggulku tanganku menekan kua kuat kepala pak
warso, tubuhku kejang kakiku gemetar, bagaikan mengeluarkan bongkahan batu yang
teramat berat dri dalam rahimku.
aku mencapai orgasm yang pertama, kaki ku
masih gemetar, pak warso tau aku tak bisa berdiri, dia membopongku keranjang.
Kemudian dia menelpon room service memesan juice oranges kesukaanku.
Pak warso kembali menciumiku, melumat
bibirku,kembali aku di permainkan nafsuku,kali ini aku lebih agresif, kubalas
ciuman pak warso dan tanganku mengelus pundak pak warso.ciumanku merambat
ketelinga pak warso, kusapu habis telinga pak warso dengan lidah ku, kemudian
ciumanku turun ke leher pak warso. Pak warso mendesah.
” aaahh…terusin sayang ciumi aku sampai kau
puas” ceracau nya
tangan pak warso mempermainkan payudaraku, meremas
dan memilin putingnya yang mulai mengeras.
Tanganku mulai pindah ke ikat pinggang pak
warso, segera saja aku buka ikan pinggang itu dan menurun kan celana panjang
pak warso. terlihat jelas benjolan di balik celana dalam itu. Aku berjongkong
di depan pak warso, perlahan ku turun kan celana dalam itu dan….wow besar nya,
gumam ku.aku mengulum batang pak warso yang keras bak gada besi.
” ooohhhh….terus isep sayang…yah
…yah…ohhh…aaahhhh ” pak warso mengerang
” aaaahhh…..terus sayang kulum habis kontol
ku…aaahhhh ”
aku mengulum terus memain kan lidah ku di
ujung nya yang merah mengkilat, dan menusuk nusuk kan lidah ku ke lubang yang
imut itu.
” eeemmmm….pak …aaahhh kontol bapak nyumi
sekali” desahku, sambil terus mengocok batang pak warso dengan bibirku, ku isep
dan ku mainkan buah pelir yang menggelantung itu.
” aaaahhhh…..aaahhhh….” pak warso mendesah
desah ketika aku menghisap buah peler nya.
Pak warso menarik bahuku, dan mendorong
tubuhku ke ranjang, aku telungkup di ranjang , dengan posisi setengah badan di
ranjang dan kaki ku menjuntai ke lantai.Pak warso menarik ke duah kakiku agar
melebar pak warso kemudian sedikit menurun kan badan nya, memukul mukul kan
batang itu ke bongkohan pantat ku.
” aaahhh…pak ….ayo pak …aku sudah tidak tahan
jangan permain kan aku pak” kata ku menghiba.
pak warso membalik kan badanku , kemudian pak
warso mennusuk kan gada yang merah itu ke lubang vaginaku.
” aaahhhkkkk….pak sakit pak…sakit…” teriak ku
saat kontol bear tu mencoba menyeruak masuk, aku mendorong kaki pak warso dengan
kaki ku agar menjauh.
pak warso lalu jongkok di depan vaginaku, dan
menyapu bibir vagina itu dengan lidah nya.
” aaahhh…pak …oooohhhh….terus pak…terusin
pak…”” aku masukin lagi ya sayang” kata pak warsoaku tidak menjawab aku hanya
menanti batang itu masuk ke memekku yang sudah lapar dan haus akan kenikmatan
itu.
” aaaahhhhkkkk….pelan pelan pak…ouch…sakit
pak…sakit…” rintihku
pakwarso dengan perlahan dan pasti menusukkan
kontol besar itu ke memekku.
” ooohhh sayang…sempit sekali…seperti punya
perawan…aaahhh ”
Kontol itu masuk keseluruhan pak warso diam
sejenak , menunggu agar memek basahku bisa menerima kontol yang besar itu.
” yah pak…iyah…iyah…terus pak ..terus…masukin
yang dalam pak terus…ooohhh”
” sayang memek kamu nikmat sekali….memek kamu
sungguh nikmat…aku akan entot kamu sayang…aku akan memuaskan kamu” oceh pak
warso
” ooohhh pak terusin pak…kontol bapak besar
dan nikmat….oh ya…yah..yah…” ceracauku diantara sodokan sodokan kontol pak
warso.
17 tahun, cerita mesum,
cerita panas, cerita seks, sopir pribadi, Selingkuh, cerita dewasa, Cerita
dewasa 17 tahun,
pak warso menarik kontol nya dan memintaku
turun ke lantai yang beralaskan selimut, dia memintaku nungging. pak warso
membungkukkan bandan nya dan menciumi pantat ku, kemudian dia melebarkan bongkohan
pantatku. lidah pak warso menyapu anusku.
” eemmm…nikmat nya sayang…aku amat suka anus
kamu yang indah ini” kata pak warso
Kemudian pak warso berdiri dan mulai menusuk nusuk
kan kontol nya, kenikmatan tiada tara membawa aku meliuk dan bergoyang
mengikuti sodokan demi sodokan dari kontol pak warso.
‘ ayo pak…yang keras pak..yang keras…ooohhh
…aaahhh”
” pak aku mau keluar pak…aaahhh…ayo pak
cepetan pak…yang kenceng pak terus pak sodok memek aku pak…entot yang kuat pak
…ayo pak.” ceracau ku
” iya sayang aku juga mau keluar…aaahhh…”
” pak…oooohhhh….aaahhhh aku
kelu…ak..aku…akukeluar paaak” dengan hentakan keras ke belakangdan pak warso
dengan hentakan keras kedepan aku merasakan seakan akan kontol itu menembus
anusku.
”
aaahhhhhh……..sayang….ooooohhhhh….oooohhhhhh” erang pak warso yang di iringi
semburan hanggat di vaginaku.
kami berdua ambruk di lantai…menikmati sisa
sisa kenikmatan sorga dunia itu.
Reni namanya, umur 27 tahun, lima tahun lebih
muda dariku, kulitnya putih mulus, rambut panjang agak bergelombang dan mata
yang bulat indah. Ia seorang wanita yang terkenal alim sejak dulu, santun dalam
tingkah laku, selera berpakaiannya pun tinggi, ia tidak suka mengumbar kemulusan
tubuhnya walau dikaruniai body yang aduhai dengan payudara yang montok. Dari
sekian banyak lelaki, akhirnya akulah yang beruntung mendapatkannya sebagai
istri. Aku tahu, banyak lelaki lain yang pernah menidurinya dalam mimpi atau
menjadikannya objek masturbasi mereka. Tetapi, aku bukan hanya bermimpi. Aku
bahkan betul-betul menidurinya kapanpun aku mau. Ia juga membantuku masturbasi
saat ia datang bulan. Cintaku padanya belum berubah, yang berubah hanya caraku
memandangnya. Tiba-tiba, entah kapan dan bagaimana awalnya, aku selalu
membayangkan Reni dalam dekapan lelaki lain. Entah aku sudah gila atau
bagaimana, rasanya benar-benar excited membayangkan payudara dan vaginanya
dalam genggaman telapak tangan pria lain, terutama yang bertampang kasar dan
status sosialnya di bawahnya.

“Ya boleh juga lah Bos, sapa tau seperti kata
Bos, bisa bikin saya lebih berani ke cewek hehehe” katanya menanggapi
permintaanku.
Orang kedua Bob, seorang temanku di
perusahaan tempatku bekerja dulu, seorang pria berusia 40 tahun lebih. Aku
berpikir dia pas untuk tugas gila ini begitu melihatnya terutama perutnya yang
gendut. Aku memang kadang mengkhayalkan wajah Reni yang lembut dikangkangi
seorang lelaki gendut. Bob mengaku tertarik dengan tawaranku lantaran ia punya
seorang karyawati cantik yang belum berhasil ditaklukannya. Ia memperlihatkan
foto gadis itu kepada kami yang memang harus diakui cantik. Kata Bob, ia sudah
berulangkali mencoba merayu gadis itu untuk melayaninya, tetapi gadis itu
selalu menolaknya.
“Setelah bermain-main dengan Reni, aku ingin
kalian membantuku memperkosa si Lia ini” katanya.
17 tahun, cerita dewasa,
Cerita dewasa 17 tahun, live show, cerita panas, cerita mesum, sopir pribadi,
Pemerkosaan, Perkosa,
Orang ketiga bernama Jaelani yang
direkomendasikan oleh Bob. Ia adalah sopir perusahaan di tempat kerja Bob,
tubuhnya kekar, kulitnya hitam, kumis di atas bibirnya menambah sangar wajahnya
yang memang sudah seram itu. Melihatnya, aku langsung membayangkan Reni
menjerit-jerit lantaran vaginanya disodok penis pria seperkasa Jaelanni ini.
“Saya udah lima tahun cerai, selama ini
mainnya sama perek kampung aja kalau lagi sange, kalau ngeliat yang cantik kaya
istri Abang ini wah siapa ga kepengen Bang” sahutnya antusias ketika
kuperlihatkan foto Reni di HP-ku.
“OK deh, minggu depan kita beraksi. Silakan
kalian puaskan diri dengan istriku. Nanti hari H min satu kita atur lagi lebih
dalam rencananya! kataku mengakhiri pertemuan.
***
H – 1
Sehari sebelum hari yang direncanakan tiba,
kami berempat berkumpul lagi di rumah kontrakan Jaelani untuk membahas apa yang
harus dilakukan. Akhirnya, ide Bob yang kami pakai. Idenya adalah menculik
istriku dan membawanya ke villa Bob yang besar dan terletak di luar kota. Bob
menjamin, teriakan sekeras apapun tak akan terdengar keluar villanya itu,
selain itu suasananya pun jauh dari keramaian kota sehingga aman untuk
melakukannya. Kami semua sepakat dan mulai membagi tugas. Aku tak sabar
menunggu saatnya mendengar jeritan kesakitan Reni diperkosa ketiga pria ini.
***
Hari H
Hari yang disepakati pun tiba. Aku tahu, pagi
itu Reni akan ke rumah temannya. Aku tahu kebiasaannya. Setelah aku berangkat
kantor, ia akan mandi. Hari itu ia memakai gaun terusan krem bermotif
bunga-bunga. Sebenarnya aku tidak ke kantor, tetapi ke rumah Bob. Di sana, tiga
temanku sudah siap. Kamipun meluncur ke rumahku dengan mobil van milik Bob.
Sekitar sepuluh menit lagi sampai, kutelepon Reni.
“Sudah mandi, sayang ?” kataku.
“Barusan selesai kok” sahutnya.
“Sekarang lagi apa?”
“Lagi mau pake baju, hi hi…” katanya manja.
“Wah, kamu lagi telanjang ya ?”
“Hi hi… iya,”
“Cepat pake baju, ntar ada yang ngintip lho
!” kataku.
“Iya sayang, ini lagi pake BH,” sahutnya
lagi.
“Ya udah, aku kerja dulu ya, cup mmuaachh…”
kataku menutup telepon.

“Matanya sudah ditutup Do?” kataku.
“Sudah bos. Mbak Reni sudah diikat dan
mulutnya disumpel. Tinggal angkut” katanya.
Memang, kulihat Bob dan Jaelani sedang
menggotong Reni yang tengah meronta-ronta. Istriku yang malang itu kini terikat
tak berdaya. Kedua tangannya terikat ke belakang. Aku siap di belakang kemudi.
Kulirik ke belakang, tiga lelaki itu memangku Reni yang terbaring di jok
tengah.
“Ha ha… step one, success!” kata Bob.
Aku menelan liurku ketika rok Reni
disingkap sampai ke pinggang. Tangan mereka saling berebut menjamah pahanya
yang putih mulus. Bob bahkan telah menurunkan bagian dada Reni yang agak rendah
sehingga sebelah payudaranya yang masih terbungkus bra hitam menyembul keluar.
Lalu, ia menurunkan cup bra itu. Mata ketiganya seolah mau copot melihat
payudara 34B Reni yang bulat montok dengan puting coklat itu. Bob bahkan
langsung melumat bongkahan kenyal itu dengna bernafsu embuat Reni
merintih-rintih. Gilanya, aku malah sangat menikmati pemandangan itu.
“Udah Bang, sekarang berangkat aja
dulu” kata Jaelani sambil jarinya mulai merambahi selangkangan Reni dan
mengelusi vaginanya dari luar celana dalamnya.
***
Villa Bob
17 tahun, cerita dewasa, Cerita dewasa
17 tahun, live show, cerita panas, cerita mesum, sopir pribadi, Pemerkosaan,
Perkosa,
Setelah empat puluh menit perjalanan
tibalah kami di villa Bob yang besar. Kami mengikat Reni di ranjang dengan
tangan terentang ke atas. Si sopir, Jaelani, tengah memeluknya dari belakang,
meremas payudara dan pangkal pahanya.
“Pak Bob merokok kan? Reni benci sekali
lelaki perokok. Saya pingin ngelihat dia dicium lelaki yang sedang merokok.
Saya juga pengen Pak Bob meniupkan asap rokok ke dalam memeknya,” bisikku
kepada Bob.
Bob mengangguk sambil menyeringai. Aku lalu
mengambil posisi yang tak terlihat Reni, tapi aku leluasa melihatnya. Kulihat
Bob sudah menyulut rokoknya dan kini berdiri di hadapan Reni. Dilepasnya
penutup mata Reni. Mata sendunya berkerjap-kerjap dan tiba-tiba melotot.
Rontaan Reni makin menjadi ketika Bob menjilati pipinya yang halus. Apalagi,
kulihat tangan Jaelani tengah mengobok-obok vaginanya. Pinggul Reni
menggeliat-geliat menahan nikmat.

“Lho, kok kamu di sini. Ayo direkam sana!”
kataku menepuk punggungnya.
“Oh iya. Lupa!” kata Aldo sambil cengengesan.
Bob menarik lepas celana dalam Reni yang
menyumbat mulutnya.
“Lepaskaaaan…. mau apa kalian… lepaskaaaan!”
langsung terdengar jerit histeris Reni yang marah bercampur takut.
“Tenang Mbak Reni, kita cuma mau main-main
sebentar kok,” kata Bob sambil menghembuskan asap rokok ke wajah cantiknya.
Kulihat Reni melengos dengan kening berkerut.
“Ya nggak sebentar banget, Mbak. Pokoknya
sampe kita semua puas deh!” kata Aldo.
Ia berjongkok di hadapan Reni. Diarahkannya
kamera ke bagian bawah tubuh Reni, ia mengclose-up jari tengah Ben yang sedang
mengobok-obok vagina istriku.
“Memek Mbak rapet sih. betah nih saya maenan
ini seharian,” timpal Jaelani.
“Aaakhhh… binatang…lepaskaaann…nngghhhh!”
Reni meronta-ronta dan menangis
Telunjuk Aldo ikut-ikutan menusuk ke dalam
vaginanya. Kulihat Bob menghisap rokok Jie Sam Soe-nya dalam-dalam. Tangan
kirinya meremas-remas payudara kanan Reni yang telah terbuka
“Lepaskaaaan… jangaaann….setaan….mmmfff…..mmmmfffff….mmmpppfff…
.” jeritan Reni langsung terbungkam begitu Bob melumat bibirnya dengan buas.
Mata Reni mendelik. Kulihat asap mengepul di
antara kedua bibir yang berpagut itu. Al
mengclose-up ciuman dahsyat itu. Ketika Bob
akhirnya melepaskan kuluman bibirnya, bibir Reni terbuka lebar. Asap tampak
mengepul dari situ. Lalu Reni terbatuk-batuk.
“Ciuman yang hebat, Jeng Reni. Sekarang aku
mau mencium memekmu,” kata Bob.
Reni masih terbatuk-batuk. Wajahnya yang
putih mulus jadi tampak makin pucat. Bob berlutut di hadapan Reni. Jaelani dan
Aldo membantunya membentangkan kedua kaki Reni lebih lebar.
“Wow, memek yang hebat,” kata Bob sambil
mendekatkan ujung rokok yang menyala ke rambut kemaluan Reni yang tak berapa
lebat.
Sekejap saja bau rambut terbakar menyebar di
ruangan ini. Bob lalu menyelipkan bagian filter batang rokoknya ke dalam vagina
Reni. Istriku masih terbatuk-batuk sehingga terlihat batang rokok itu kadang
seperti tersedot ke dalam. Tanpa disuruh, Aldo meng-close-upnya dengan
handycam. Bob lalu melepas rokok itu dari jepitan vagina Reni. Dihisapnya
dalam-dalam. Lalu, dikuakkannya vagina Reni lebar-lebar. Mulutnya langsung
merapat ke vagina Reni yang terbuka.
“Uhug…uhug…aaaakkhhh…
aaaaakkhhh….aaaaakkkhhhh…” Reni menjerit-jerit histeris. Bob tentu sudah
mengembuskan asap rokoknya ke dalam vagina istriku.
“Aaakhhhh… panaaassss….adududuhhhh….” Reni
terus menjerit dan meronta-ronta. Kulihat Bob melepaskan mulutnya dari vagina
istriku.
Sementara Aldo mengclose up asap yang mengepul
dari vagina Reni. Reni semakin menangis ketakutan.
Bob bangkit dan menjilati sekujur wajahnya.
Lalu dengan gerak tiba-tiba ia mengoyak bagian dada istriku. Reni memekik
ketika Bob merenggut putus bra-nya yang telah tersingkap. Ia terus menangis
saat Bob mulai menjilati dan mengulum putingnya. Kulihat Jaelani kini berdiri
di belakang istriku. Penisnya yang besar itu telah mengacung dan siap beraksi.
Ia menoleh ke arahku, seolah minta persetujuan. Aku mengacungkan ibu jari,
tanda persetujuan. Tak sabar aku melihat istriku merintih-rintih dalam
persetubuhan dengan lelaki lain. Kuberi kode kepada Aldo, si office boy, agar
mendekat.
“Tolong tutup lagi matanya. Gua pengen ingin
dia menelan sperma gua soalnya selama ini dia belum pernah” kataku
Al mengangguk dan segera melakukan
perintahku. Setelah yakin Reni tak bisa melihatku, aku pun mendekat.
“Aaakkhhh….aaakkkhhh….. jangaaaannn….!” Reni
menjerit lagi, kali ini lantaran penis Jaelani yang besar mulai menusuk
vaginanya.

saja ia menolak kalau kuminta spermaku
tertumpah di dalam mulutnya.
“Jijik ah, Mas,” katanya berkilah.
Tetapi kini ia akan kupaksa menelan spermaku.
Kutekan kepalanya ke bawah agar penis si sopir masuk lebih jauh lagi sehingga
Reni makin histeris. Saat mulutnya terbuka lebar itulah kumasukkan penisku,
jeritannya pun langsung terbungkam. Aku berharap Reni tak mengenali suaminya
dari bau penisnya. Ughhhh… rasanya jauh lebih nikmat dibanding saat ia mengoral
penisku dengan sukarela. Kupegangi bagian belakang kepalanya sambil kugerakkan
maju mundur pinggulku. Sementara Jaelani juga sudah semakin ganas
menyentak-nyentak penisnya pada vagina istriku. Reni mengerang-erang, dari sela
kain penutup matanya kulihat air matanya mengalir deras. Aku tak bisa bertahan
lebih lama lagi. Kutahan kepalanya ketika akhirnya spermaku menyembur deras ke
dalam rongga mulut istriku yang kucintai. Kutarik keluar penisku, tetapi
langsung kucengkeram dagunya yang lancip. Di bawah, Bob dan Aldo menarik kedua
puting istriku.
“Ayo, telan, banyak proteinnya nih Mbak,
sehat loh” kata Bob.
Akhirnya memang spermaku tertelan, meski
sebagian meleleh keluar di antara celah bibirnya. Nafas Reni terengah-engah di
antara rintihan dan isak tangisnya. Ben masih pula menggerakkan pinggangnya
naik turun.
Aku duduk bersila menyaksikan istriku tengah
dikerjai tiga pria bertampang jelek. Penis Jaelani masih menancap di dalam
vagina Reni. Kini Bob mendorong dada Reni hingga ia rebah di atas tubuh tegap
sopir itu. Ia kini langsung mengangkangi wajah Reni. Ini dia yang sering
kubayangkan. Wajah cantik Reni terjepit pangkal paha lelaki gendut itu.
Kuambilalih handycam dari tangan Aldo, lalu kuclose up wajah Reni yang
menderita. Reni menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menjerit-jerit. Tetapi,
jeritannya langsung terbungkam penis Bob. Kedua tangan kekar Jaelani
menggenggam payudara Reni. Meremas-remasnya dengan kasar dan berkali-kali
menjepit kedua putingnya. Dari depan kulihat, tiap kali puting Reni dijepit
keras, vaginanya tampak berkerut seperti hendak menarik penis Ben makin jauh ke
dalam. Aldo tak mau ketinggalan. Ia kini mencari klitoris Reni. Begitu ketemu,
ditekannya dengan jarinya dengan gerakan memutar. Sesekali, bahkan dijepitnya
dengan dua jari. Terdengar Reni mengerang-erang, tubuhnya mengejang seperti
menahan sakit.
“Boleh aku gigit klitorisnya?” tanya Aldo
padaku sambil berbisik.
Office boy pemalu ini betul-betul
melakukannya. Mula-mula dijilatinya bagian sensitif itu. Lalu, kulihat klitoris
istriku terjepit di antara gigi-gigi Aldo yang tidak rata. Ditariknya menjauh
seperti hendak melepasnya. Kali ini terdengar jerit histeris Reni.
“Aaaaakkhhhh….saakkkkiiiittt…” rupanya Bob saat
itu menarik lepas penisnya lantaran Jaelani ingin berganti posisi. Jaelani
memang kemudian berdiri sambil mengangkat tubuh Reni pada kedua pahanya.
Penisnya yang besar masih menancap di vagina istriku. Terus terang aku iri
melihat penisnya yang besar itu. Reni terus menjerit-jerit dalam gendongan
Jaelani yang ternyata membawanya ke atas meja. Diturunkannya Reni hingga kini
posisinya tertelungkup di atas meja. Kedua kakinya menjuntai ke bawah dan kedua
payudaranya tepat di tepi meja.
“Kita teruskan lagi, ya Mbak. Memek Mbak
kering sekali, jadi lama selesainya,” kata si sopir
Ia menusukkan dua jari ke vagina Reni
sehingga tubuh istriku itu menggeliat.
“Sudaaahh…. hentikaaan…kalian…bangsat!”
teriaknya di sela isak tangisnya.
“Iya Mbak, maafkan kami yang jahat ini ya?”
sahut Jaelani sambil kembali memperkosa istriku.
Suara Reni sampai serak ketika ia menjerit
histeris lagi. Tapi tak lama, Bob sudah menyumpal mulutnya lagi dengan
penisnya. Dalam posisi seperti itu, si sopir betul-betul mampu mengerahkan
kekuatannya. Tubuh Reni sampai terguncang-guncang. Kedua payudaranya berayun ke
muka tiap kali Ben mendorong penisnya masuk. Lalu, kedua gumpalan daging kenyal
itu berayun balik membentur tepi meja. Payudara Reni yang putih mulus kini
tampak memerah. Jaelani terlihat betul-betul kasar, mungkin Reni adalah wanita
tercantik yang pernah disetubuhinya sehingga tak heran ia begitu bernafsu. Saat
ia terlihat hampir sampai puncak, Bob berseru kepadanya,
“Buang ke mulutnya dulu. Nanti putaran kedua
baru kita buang ke memeknya,” kata Bob.
Jaelani mengangguk lalu ia bergerak ke depan
Reni. Vagina Reni tampak menganga lebar, tetapi sejenak saja kembali merapat.
Bob dengan cepat menggantikan posisi Jaelani. Penisnya kini menyumpal mulut
Reni. Ia menggeram keras sambil menahan kepala Reni.
“Ayo, telen spermaku ini… Uuughhhh….yah….
telaaannn…..” si sopir meracau.
Jaelani baru melepaskan penisnya setelah
yakin Reni benar-benar menelan habis spermanya. Reni terbatuk-batuk, sopir itu
mengusapkan penisnya yang berlumur spermanya sendiri ke hidung Reni yang
mancung.
“Uuggghhh….nggghhhhhh…..” Reni merintih.
Tak menunggu lama, kini giliran Bob
menyetubuhi Reni. Reni tampaknya tak kesakitan seperti saat diperkosa si sopir.
Mungkin karena penis Bob lebih kecil.
“Aiaiaiaiiiii…. jangaaan…. aduhhhh….
sakiiit….” tiba-tiba Reni mendongak dan menjerit kesakitan.
“Anusmu masih perawan ya ? Nanti aku ambil ya
?” katanya.
Ternyata, sambil menancapkan penisnya ke
vagina Reni, Bob menusukkan telunjuknya ke anus Reni.
Kudekati Bob seraya berkata,
“Jangan sekarang, pak Bob. Aku juga ingin
merasakan menyodominya. Aku belum pernah memasukkan kontolku ke situ,” bisikku.
“Oke, setelah suaminya, siapapun boleh kan?”
sahutnya juga dengan berbisik.
Aku mengangguk. Bob tak mau kalah dengan
Jaelani. Ia juga menancapkan penisnya dengan kasar, cepat dan gerakannya tak
beraturan. Bahkan, sesekali ia mengangkat sebelah kaki Reni dan memasukkan
penisnya menyamping. Saat bersetubuh denganku, biasanya posisi menyamping itu
bisa membuat Reni melolong-lolong dalam orgasme.
Tapi, kali ini yang terdengar adalah rintihan
dan jerit kesakitan. Saat aku mulai merasa kasihan padanya, jeritan itu
berhenti. Aldo kini membungkam mulutnya dengan penisnya. Peluh membasahi
sekujur tubuh Reni. Bob sudah menumpahkan sperma ke dalam mulutnya. Tubuh Reni
terkulai lemas karena kelelahan, keringat bercucuran di tubuhnya yang mulus.
Tetapi, kulihat ia masih sadar. Aldo membopongnya ke kasur busa yang tergeletak
di lantai. Reni diam saja ketika ikatan tangannya dilepas.

“Aduh kasihan, tetek Mbak sampai merah
begini,” katanya sambil membelai-belai lembut kedua payudara istriku.
Dipilin-pilinnya juga kedua puting Reni
dengan ujung jarinya. Reni menggeliat merasakan rangsangan menjalar ke seluruh
tubuhya dari wilayah sensitif itu.
“Siapa yang menggigit ini tadi ?” tanya Aldo.
“Alaaaa, sudahlah, banyak cingcong amat kau
ini…cepat masukkan kontol kau tuh ke memek cewek ini,” terdengar Bob berseru.
“Ah, jangan kasar begitu. Perempuan cantik
gini harus diperlakukan lembut. Ya, Mbak Reni?” Al terus membelai-belai vagina
Reni yang ditutupi bulu-bulu hitam lebat.
Kali ini ia menyentil-nyentil puting Reni
dengan lidahnya, sesekali dikecupnya. Biasanya, Reni bakal terangsang hebat
kalau kuperlakukan seperti itu dan tampaknya ia juga mulai terpengaruh oleh
kelembutan Aldo setelah sebelumnya menerima perlakuan kasar.
“Unngghhh…. lepaskan saya, tolong. Jangan
siksa saya seperti ini,” mohonnya.
Aldo tak berhenti, kini ia malah menjilati
sekujur permukaan payudara istriku. Lidahnya juga terus bergerak ke ketiak Reni
yang mulus tanpa rambut sehelaipun. Reni menggigit bibirnya menahan geli dan
rangsangan yang mulai mengganggunya. Aldo mencium lembut pipinya dan sudut
bibirnya. Aku sempat heran, katanya dia belum pernah menyentuh wanita, tapi kok
mainnya sudah ahli begini, apakah kebanyakan nonton bokep? pikirku
“Jangan khawatir Mbak. Bersama saya, Mbak
akan merasakan nikmat. Kalau Mbak sulit menikmatinya, bayangkan saja wajah
suami Mbak,” kata Aldo sambil melanjutkan mengulum puting Reni. Kali ini dengan
kuluman yang lebar hingga separuh payudara Reni terhisap masuk.
“MMmfff….. ouhhhhh….tidaaakk… saya tidak
bisa… ” sahut Reni dengan isak tertahan. “Bisa, Mbak… Ini suami Mbak sedang
mencumbu Mbak. Nikmati saja… ” Aldo terus
menyerang Reni secara psikologis.
Jilatannya sudah turun ke perut Reni yang
rata. Dikorek-koreknya pusar Reni dengan lidahnya. Reni menggeliat dan
mengerang lemah.
“Vaginamu indah sekali, istriku…” kata Aldo
sambil mulai menjilati bibir vagina istriku. Reni mengerang lagi. Kali ini
makin mirip dengan desahannya saat bercumbu denganku. Pinggulnya kulihat mulai
bergerak-gerak, seperti menyambut sapuan lidah office boy itu pada vaginanya.
Ia terlihat seperti kecewa ketika Aldo berhenti menjilat. Tetapi, tubuhnya
bergetar hebat lagi saat pemuda itu dengan pandainya menjilat bagian dalam
pahanya. Aku acungkan ibu jari pada Aldo, itu memang titik sensitifnya. Aldo
menjilati bagian dalam kedua paha Reni, dari sekitar lutut ke arah pangkal
paha. Pada jilatan ketiga, Reni merapatkan pahanya mengempit kepala si office
boy dengan desahan yang menggairahkan.
“Iya Reni, nikmati cinta suamimu ini,”
Aldo terus meracau, direnggangkannya kembali
kedua paha Reni. Kini lidahnya langsung menyerang ke pusat kenikmatan
Reni.
Dijilatinya celah vagina Reni dari bawah, menyusurinya dengan lembut sampai
bertemu klitoris.

“Ooouhhhhhh…. aahhhh…. am…phuuunnn….” Reni
merintih menahan nikmat. Apalagi, Aldo kemudian menguakkan vaginanya dan
menusukkan lidahnya ke dalam sejauh-jauhnya.
Reni makin tak karuan. Kepalanya
menggeleng-geleng. Giginya menggigit bibirnya, tapi ia tak kuasa menahan
keluarnya desahan kenikmatan. Apalagi Aldo kemudian dengan intens menjilati
klitorisnya.
“Ayo Mbak Reni, nikmati…. nikmati… jangan
malu untuk orgasme…” kata Aldo, lalu tiba-tiba ia menghisap klitoris Reni.
Akibatnya luar biasa. Tubuh Reni mengejang, dari bibirnya keluar rintihan
seperti suara anak kucing. Tubuh istriku terguncang-guncang ketika ledakan
orgasme melanda tubuhnya.
“Bagus Mbak, puaskan dirimu,” kata Al, kali
ini sambil menusukkan dua jarinya ke dalam vagina istriku, keluar masuk dengan
cepat.
“Aaakkhhhh….aaauuunnghhhhhh…” Reni melolong,
lalu ia menangis merasa terhina karena menikmati perkosaan atas dirinya.
Aldo memperlihatkan dua jarinya yang basah
oleh cairan dari vagina istriku. Lalu ia mendekatkan wajahnya ke wajah istriku.
Dijilatnya pipi istriku.
“Oke Mbak, kamu diperkosa kok bisa orgasme ya
? Nih, kamu harus merasakan cairan memekmu” katanya sambil memaksa Reni
mengulum kedua jarinya.
Reni hanya bisa menangis. Ia tak bisa menolak
kedua jari Aldo ke dalam mulutnya. Dua jarikupun masuk ke dalam vagina Reni dan
memang betul-betul basah. Kucubit klitorisnya dengan gemas.
“Nah, sekarang aku mau bikin kamu menderita
lagi,” kata Aldo yang lalu menempatkan dirinya di hadapan pangkal paha Reni.
Penisnya langsung menusuk jauh. Reni menjerit
kesakitan. Apalagi Aldo memperkosanya kali ini dengan brutal. Sambil
menyetubuhinya, Aldo tak henti mencengkeram kedua payudara Reni. Kadang
ditariknya kedua putting Reni hingga istriku menjerit-jerit minta ampun.
Seperti yang lain, Aldo juga membuang spermanya ke dalam mulut istriku. Kali
ini, Reni pingsan saat baru sebagian sperma office boy itu ditelannya. Aldo
dengan gemas melepas penutup mata Reni, lalu disemburkannya sisa spermanya ke
wajah cantik istriku.
*******************************
Reni sudah satu jam pingsan, aku menghampiri
tubuhnya yang terkulai lemas dan sudah berlumuran keringat dan sperma itu.
“Biar dia istirahat dulu. Nanti suruh dia
mandi. Kasih makan. Terus lanjutkan lagi kalau kalian masih mau,” kataku sambil
menghisap sebatang rokok.
“Ya masih dong, bos. Baru juga sekali,” sahut
Jaelani sambil tangannya meremas-remas payudara Reni.
“Iya, gua kan belum nyoba bo’olnya” timpal
Bob sambil jarinya menyentuh anus Reni. “Oke, terserah kalian. Tapi jam dua
siang dia harus segera dipulangkan,” kataku.
Tiba-tiba Reni menggeliat. Cepat aku pindah
ke tempat tersembunyi. Apa jadinya kalau dia melihat suaminya berada di antara
para pemerkosanya? Kulihat Reni beringsut menjauh dari tiga temanku yang hanya
memandanginya. Rambut panjangnya yang indah sudah agak berantakan, ia
menyilangkan tangan menutupi tubuh telanjangnya. Tentu itu tak cukup untuk
menutupinya malah membuat ketiga pria itu semakin bergairah padanya. Jaelani
berdiri mendekatinya, lalu mencengkeram lengannya dan menariknya berdiri.
17 tahun, cerita dewasa,
Cerita dewasa 17 tahun, live show, cerita panas, cerita mesum, sopir pribadi,
Pemerkosaan, Perkosa,
“Jangan… saya nggak sanggup lagi. Apa kalian
belum puas?!” Reni memaki-maki.
“Belum ! Tapi sekarang Mbak harus mandi dulu
supaya memeknya ini bersih!” bentak sopir itu sambil tangan satunya
mencengkeram vagina Reni.
Reni menjerit-jerit waktu pria itu
menyeretnya ke halaman belakang. Ternyata mereka akan memandikannya di ruang
terbuka. Kulihat Jaelani menarik selang panjang dan langsung menyemprotkannya
ke tubuh telanjang Reni. Reni menjerit-jerit, berusaha menutupi payudara dan
vaginanya dengan kedua tangannya. Bob lalu mendekat, menyerahkan sepotong sabun
kepada Reni.
“Kamu sabunan sendiri apa aku yang nyabunin?”
tanyanya.
Reni tampak ragu.
“Cepat, sabunan Mbak, kan dingin” seru Aldo.
Semprotan air deras diarahkannya tepat
mengenai pangkal paha Reni. Reni perlahan mulai menyabuni tubuhnya. Ia terpaksa
menuruti perintah mereka untuk juga menyabuni payudara dan vaginanya.
Tak tahan hanya menonton saja, Bob akhirnya
mendekati istriku.
“Begini caranya nyabunin memek!” katanya
sambil dengan kasar menggosok-gosok
vagina Reni.
Reni menjerit kecil ketika Bob mendekap
tubuhnya dan tangannya mulai menggerayangi tubuhnya yang licin oleh sabun.
Mulut pria gemuk itu juga menciumi pundak dan leher istriku. Tak lama kemudian,
acara mandi akhirnya selesai. Mereka menyerahkan sehelai handuk kepada Reni.
Reni segera menggunakannya untuk menutupi tubuhnya.
“Hey, itu bukan untuk nutupin badanmu. Itu
untuk mengeringkan badan,” bentak Jaelani.
“Kalau sudah bersih, kita terusin lagi ya
Mbak, enak sih!” kata Aldo
“Aiiihhh…” Reni memekik karena Aldo
sempat-sempatnya mencomot putingnya.
“Kalau sudah handukan, susul kami ke meja makan.
Kamu harus makan biar kuat,” lanjut Bob sambil meremas bokong Reni yang bundar!
Kulihat Reni telah selesai mengeringkan
tubuhnya. Ia mematuhi perintah mereka, tanpa mengenakan apapun ia melangkahkan
kakinya ke ruang makan. Betul-betul menegangkan melihat istriku berjalan di
halaman terbuka dengan tanpa mengenakan apapun. Sensasinya makin luar biasa
karena dalam keadaan seperti itu ia kini berjalan ke arah tiga lelaki yang
tengah duduk mengitari meja makan. Mereka betul-betul sudah menguasai istriku. Kulihat
Reni menurut saja ketika diminta duduk di atas meja dan kakinya mengangkang di
hadapan mereka. Posisiku di belakang teman-temanku, jadi akupun dapat melihat
vagina dan payudara Reni yang terbuka bebas. Bob mendekatkan wajahnya ke
pangkal paha Reni. Kulihat ia menciumnya.
“Nah, sekarang memekmu sudah wangi lagi,”
katanya.
Reni menggigit bibirnya dan memejamkan mata.
“Teteknya juga wangi,” kata Aldo yang
menggenggam sebelah payudara Reni dan mengulum putingnya.
“Ngghhh… kenapa kalian lakukan ini pada saya,”
rintih Reni.
“Mau tahu kenapa ?” tanya Bob, jarinya terus
saja bergerak sepanjang alur vagina Reni.
Aku tegang. Jangan-jangan mereka akan
membongkar rahasiaku.
“Sebetulnya, yang punya ide semua ini adalah
Mr X,” kata Bob.
Aku lega mendengarnya.
“Siapa itu Mr X ?” tanya Reni.
“Kamu kenal dia. Dia pernah disakiti suamimu.
Jadi, dia membalasnya pada istrinya,” jelas Bob.

“Sudah, Bos, biar Mbak Reni makan dulu. Dia
pasti lapar habis kerja keras,” sela Ben.
“Maaf ya Mbak Reni. Kami nggak punya nasi.
Yang ada cuma ini,” kata Ben sambil menyodorkan piring berisi beberapa potong
sosis dan pisang ambon. Ben lalu mengambilkan sepotong sosis.
“Makan Mbak, dijilat dan dikulum dulu,
seperti tadi Mbak mengulum kontol saya,” katanya.
Tangan Reni terlihat gemetar ketika menerima
sepotong sosis itu. Dengan ragu-ragu ia menjilatinya, mengulumnya lalu mulai
memakannya sepotong demi sepotong. Habis sepotong, Aldo mengupaskan pisang
Ambon lalu didekatkannya dengan penisnya yang mengacung.
“Pilih pisang yang mana, Mbak ?” goda Aldo,
“ayo ambil,” lanjutnya.
Reni menggerakan tangannya hendak mengambil
pisang namun Aldo menangkap pergelangannya dan memaksa Reni menggenggam penisnya.
“Biar saya suap, Mbak pegang pisang saya
saja,” katanya.
“Tangannya lembut banget nih” kata Aldo.
Jaelani tak mau kalah, ia menarik sebelah
tangan Reni dan memaksanya menggenggam penisnya yang besar. Sementara Reni
menghabiskan sedikit demi sedikit pisang yang disuapkan Aldo. Sepotong pisang
itu akhirnya habis juga. Bibir Reni tampak belepotan. Bob yang sedang merokok
kemudian mencium bibir Reni dengan bernafsu. Reni mengerang-erang dan akhirnya
terbatuk-batuk saat Bob melepaskan ciumannya.
“Sudah…uhukkk… sudah cukup,” kata Reni dengan
nafas terengah-engah.
“Eee ini masih banyak. Sekarang kita haus
nih, Mbak harus temenin kita minum,” kata Bob.
“Tapi gelasnya kurang ya?” sahut Jaelani
sambil merenggangkan paha Reni.
Reni meronta-ronta tetapi Aldo dan Bob
memeganginya. Jaelani membuka sebotol bir lalu menumpahkan seluruh isinya ke
tubuh telanjang Reni hingga basah.
“Hmmm…ini baru maknyus namanya!” kata Bob
sambil mendorong tubuh Reni hingga terbaring telentang di meja.
Reni terisak-isak, ia merasakan dinginnya bir
itu di sekujur tubuhnya, juga jilatan-jilatan lidah dan tangan-tangan para pria
itu yang merangsang setiap titik di tubuhnya. Bob menyeruput bir yang tertumpah
di vagina gadis itu hingga terdengar bunyi sruput yang rakus.
Adegan selanjutnya tak urung membuatku
kasihan pada Reni. Mereka membawanya ke halaman belakang dan memperkosanya di
atas rumput secara beramai-ramai. Sperma mereka bercipratan bukan saja di dalam
vagina Reni, tapi juga di tubuhnya. Begitu usai, mereka membaringkan Reni yang
sudah tak sadarkan diri di atas sofa. Kulihat kondisi Reni sudah betul-betul
berantakan, bekas-bekas cupangan terlihat di kulitnya yang putih terutama di
payudara, leher dan pundaknya, sperma berceceran di hampir seluruh tubuhnya
mulai dari vagina hingga wajahnya, rambut panjangnya pun tidak luput dari
cipratan cairan kental itu. Kami mengangkut tubuh telanjang Reni ke kamar mandi
dan membersihkannya dengan shower lalu memakaikan kembali pakaiannya. Reni
masih belum sadar akibat perkosaan brutal tadi. Kami menaikkannya ke mobil dan
kembali ke ibukota. Sampai di Jakarta, Reni mulai bangun, terdengar suara
melenguh dari mulutnya. Matanya masih dalam keadaan tertutup karena aku tidak
ingin dia melihatku. Bob mengancamnya agar tidak menceritakan kejadian hari ini
pada siapapun kalau tidak ingin rekaman perkosaan tadi bocor dan mempermalukan
dirinya dan keluarganya. Reni hanya bisa mengangguk dengan terisak-isak. Kami menurunkannya
di depan rumah lalu aku segera tancap gas menjauhi rumahku.
*************************
Jam sembilan malam
Aku tiba di rumah dan setelah memarkirkan
mobil di garasi aku masuk ke rumah dan memanggil nama istriku, berpura-pura
seolah tidak terjadi apapun.
“Ren…Renn!!” aku mengeraskan suaraku karena
tidak ada yang keluar ataupun membalas sahutanku
“Renn…lu dimana!” panggilku lagi
‘Cklik!” tiba-tiba kamar mandi lantai satu di
sebelahku membuka, Reni keluar dari sana.
“Iya Mas, sori saya sakit perut” katanya, “O
ya mas, hari ini gak sempat masak, tadi di jalan pulang macet banget, jadi beli
makanan di luar, saya panasin sekarang ya Mas”
Kulihat matanya sembab, tapi ia berusaha
tersenyum di depanku. Ketika makan malam ia lebih diam dari biasanya namun berusaha
menanggapi obrolanku. Kupeluk pinggangnya yang ramping ketika ia sedang mencuci
piring sehabis makan dan kubisikkan kata-kata mesra di telinganya. Biasanya
aksi ini berlanjut hingga ke hubungan intim baik kilat maupun long time. Namun
kali ini ia menepisnya.
“Jangan Mas, jangan hari ini, saya cape,
tolong ya…please!” katanya dengan tatapan memohon.
Akupun mengerti karena tahu apa yang
sebenarnya terjadi. Kupeluk dia dengan mesra dan kucium keningnya
“I love you honey!” ucapku dekat telinganya
cerita dewasa, Cerita dewasa
17 tahun,, 17 tahun, live show, cerita panas, cerita mesum, sopir pribadi,
Pemerkosaan, Perkosa,
“Sori banget Ren, lu emang istri yang baik,
ga mau orang lain ikut cemas dan susah, gua janji ini ga akan terjadi lagi”
kataku dalam hati sambil mempererat pelukanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar